Senin, 27 Januari 2014

Okonomiyaki


Okonomiyaki (お好み焼き) adalah makanan Jepang dengan bahan tepung terigu yang diencerkan dengan air atau dashi, ditambah kol, telur ayam, makanan laut atau daging babi dan digoreng di atas penggorengan datar yang disebut teppan.

Okonomiyaki adalah salah satu jenis masakan teppanyaki yang bisa dimakan begitu saja atau sebagai lauk teman nasi putih. Okonomiyaki sering dimakan dngan sendok datar yang disebut kote (hera) yang juga berfungsi sebagai sodet sewaktu membalik okonomiyaki.

Dalam bahasa Jepang, okonomi berarti "suka-suka" (yang disuka, yang diinginkan) dan yaki berarti "panggang" (istilah "goreng" hanya digunakan di Jepang bila makanan digoreng dengan minyak yang sangat banyak). Sesuai dengan namanya, lapisan atas (topping) okonomiyaki bisa disesuaikan dengan selera orang yang mau memakan.

Berdasarkan cara pembuatan dan bahan yang digunakan, okonomiyaki dibagi menjadi dua jenis:


irisan kol dicampur dengan adonan seperti sewaktu membuat puyonghai


irisan kol hanya diletakkan di atas adonan yang dilebarkan di atas penggoreng seperti sewaktu membuat panekuk.

Tepung okonomiyaki siap pakai sudah mengandung baking powder, garam dan dashi agar okonomiyaki yang dihasilkan tidak keras. Parutan sejenis umbi bernama yamaimo sering ditambahkan ke dalam adonan okonomiyaki agar okonomiyaki menjadi lebih enak.

Okonomiyaki berasal dari makanan ringan bernama Funoyaki berupa adonan dari terigu dan air yang digoreng. Di era Meiji, makanan ringan yang disebut Dondonyaki merupakan perkembangan funoyaki dengan tambahan nori, sosis ikan dengan bumbu saus dan digulung dengan sumpit sekali pakai. Di era Showa, dondonyaki berkembang menjadi Kyabetsuyaki yang menggunakan saus uster. Di Tokyo, dondonyaki berubah bentuk menjadi goreng adonan tepung encer di atas teppan yang disebut Monjayaki. Okonomiyaki seperti yang ada sekarang di daerah Kansai dan Hiroshima merupakan bentuk mutakhir dari Kyabetsuyaki.

Menurut cerita yang tidak jelas asal-usulnya, okonomiyaki diciptakan pelaut angkatan laut Jepang yang mengaduk-aduk tepung terigu di kota Kure, Prefektur Hiroshima karena ingin makan pizza seperti yang pernah dimakannya di Italia. Pelaut yang menciptakan okonomiyaki pulang ke tempat asalnya di Osaka untuk memperkenalkan okonomiyaki di daerah Kansai.

 

Sumber:

http://id.wikipedia.org

 

Selasa, 26 November 2013

Katsuobushi


Ada yang aneh ketika kita menikmati Okonomiyaki atau Takoyaki, sesuatu (seperti sisa-sisa pahatan/serutan kayu) bergerak-gerak seperti “hidup”. Yah, itu merupakan bahan makanan berbahan baku ikan cakalang yang bernama Katsuobushi. Jadi bukan kayu. Lalu apa sih Katsuobushi itu? Berikut penjelasannya.


Ikan Cakalang yang telah diasapi
Katsuobushi (鰹節) adalah makanan awetan berbahan baku ikan cakalang (katsuo). Katsuobushi diserut menjadi seperti serutan kayu untuk diambil kaldunya yang merupakan bahan dasar masakan Jepang, ditaburkan di atas makanan sebagai penyedap rasa, atau dimakan begitu saja sebagai teman makan nasi.

Katsuobushi yang sudah diserut tipis, berwarna coklat muda hingga merah jambu sedikit bening umumnya dijual dalam kemasan plastik. Katsuobushi sebagai penyedap makanan biasanya ditaburkan di atas hiyayako (tahu dingin), okonomiyaki dan takoyaki. Katsuobushi yang sudah diserut disebut kezuribushi.

Alat untuk menerut Katsuobushi
Pengawetan ikan cakalang menjadi katsuobushi umum dilakukan di beberapa negara seperti Jepang dan kepulauan Maladewa. Teknik pengawetan ikan menjadi katsuobushi sudah dikenal di Jepang sejak sebelum zaman Edo. Katsuobushi disebut juga ikan kayu karena ikan cakalang yang sudah diolah menjadi sangat keras seperti kayu, sehingga sebelum digunakan harus diserut dengan alat ketam.

Ikan dibelah menjadi 2 bagian untuk membuang bagian tulang, menyisakan bagian daging ikan berbentuk lengkungan seperti kapal yang disebut fushi (). Daging ikan kemudian diproses sehingga produk akhirnya disebut katsuobushi.

Katsuobushi yang telah diserut
Pemrosesan terdiri dari berbagai tahap, sebutan untuk ikan cakalang yang hanya direbus dan dikeringkan adalah namaribushi. Tahap selanjutnya adalah memproses namaribushi dengan cara pengasapan atau pengapangan untuk menumbuhkan berjenis-jenis kapang di atas permukaannya. Produk akhir yang sering digunakan dalam masakan Jepang adalah katsuobushi yang mengalami pengapangan dan namaribushi.

Katsuobushi kaya dengan vitamin B kompleks dan banyak mengandung inosine dan unsur umami sehingga selalu digunakan di Jepang sebagai bumbu dapur atau penyedap. Dalam istilah orang Jepang, umami adalah rasa "lezat" yang merupakan rasa tambahan dari empat rasa utama yang umum: manis, asam, asin, dan pahit.

Katsuobushi hasil pengapangan disebut karebushi (枯節) yang mengandung lebih banyak unsur umami dan vitamin B dibandingkan katsuobushi biasa.
  
Katsuobushi dalam Kemasan


 


Nah jadi jangan merasa aneh atau takut lagi yah saat menikmati hidangan yang disajikan bersama Katsuobushi. Dan jangan salah lagi, ini bukan serutan kayu tapi serutan ikan cakalang hehehe....
Semoga bermanfaat :)









Sumber Pendukung:
www.wikipidia.org

Jumat, 15 November 2013

Sejarah Sumpit (Chopstick)



Berikut ini kita akan membahas sejarah singkat alat makan yang sering kita gunakan untuk menikmati Sushi atau Ramen, dan makanan lainnya. Sumpit adalah alat makan yang berasal dari Asia Timur, berbentuk dua batang kayu sama panjang yang dipegang di antara jari-jari salah satu tangan. Sumpit digunakan untuk menjepit dan memindahkan makanan dari wadah, dari piring satu ke piring lain atau memasukkan makanan ke dalam mulut. Sumpit bisa dibuat dari bahan seperti bambu, logam, gading dan plastik yang permukaannya sudah dihaluskan atau dilapis dengan bahan pelapis seperti pernis atau cat supaya tidak melukai mulut dan terlihat bagus.

Sumpit digunakan di banyak negara di seluruh dunia untuk menikmati makanan khas Asia Timur. Di beberapa negara Asia Tenggara, sumpit merupakan alat makan utama yang sama pentingnya seperti sendok dan garpu. Di Indonesia, pilihan sendok-garpu atau sumpit disediakan di rumah makan yang menyediakan masakan Tionghoa, masakan Korea, masakan Jepang, masakan Vietnam, masakan Thailand hingga penjual bakso atau mi pangsit di pinggir jalan.

Sumpit diciptakan bangsa Tiongkok dan sudah dikenal di Tiongkok sejak 3.000 hingga 5.000 tahun yang lalu. Di dalam masyarakat Tionghoa, makan bersama dianggap sebagai sarana mempererat tali persaudaraan dan kesempatan berkumpul dengan sanak keluarga dan teman-teman, sehingga penggunaan alat makan yang tajam harus dihindari.

Pada zaman dulu, gading gajah sering digunakan untuk membuat sumpit mahal di Tiongkok. Pengguna sumpit dari gading gajah adalah kalangan pejabat tinggi dan orang berada. Sumpit dari perak pernah digunakan istana kaisar di Tiongkok untuk mendeteksi racun yang mungkin dibubuhkan pada makanan. Sumpit akan berubah warna akibat reaksi kimia jika makanan telah diberi racun.

Pada abad ke-6 atau abad ke-8 Masehi, sumpit sudah merupakan alat makan yang umum bagi suku Uigur yang tinggal wilayah stepa Mongolia.
Di Thailand, sumpit hanya digunakan untuk makan mi dan sup setelah Raja Rama V memperkenalkan alat makan dari barat di abad ke-19.

Nah, itu lah sejarah singkat tentang Sumpit, semoga bermanfaat…


Sumber Pendukung: 
id.wikipedia.org

Nori Salah satu Makanan asal Jepang



Nori

Jika anda melihat proses pembuatan Sushi, anda akan melihat ada bahan yang seperti kertas berwarna hijau tua yang digunakan untuk “menempelkan” nasi Sushi. “Kertas” tersebut bernama Nori.

Nori adalah makanan asli dari Jepang.  Nori sebenarnya adalah salah satu jenis makanan kelompok sayur-sayuran yang berasal dari laut.  Makanan ini sumber gizi, mineral dan vitamin yang diperlukan oleh tubuh.  Di Jepang Nori menjadi makanan pokok untuk mendampingi sushi.  Oleh karenanya di Jepang Nori menjadi sayuran utama dalam menu makanan sehari-hari di Jepang.  Makanan ini dibuat dari rumput laut dengan proses pengeringan yang menyerupai pembuatan kertas. Setiap lembarnya memiliki lebar 18×20 cm dan beratnya hanya 3 gram.

Bahan baku untuk membuat Nori adalah alga jenis Porphyra seperti Porphyra pseudolinearis Ueda yang dikenal sebagai Iwanori dan Porphyra yezoensis Ueda.   Walaupun warna tidak dapat dijadikan pegangan kualitas, lembaran nori berkualitas tinggi umumnya berwarna hitam kehijauan, sedangkan nori berkualitas lebih rendah berwarna hijau hingga hijau muda.

Nori (海苔, のり) adalah nama dalam bahasa Jepang untuk bahan makanan berupa lembaran rumput laut yang dikeringkan. Nori digunakan sebagai hiasan dan penyedap berbagai macam masakan Jepang, lauk sewaktu makan nasi, dan bahan makanan ringan seperti senbei. Bahan baku adalah alga jenis Porphyra seperti Porphyra pseudolinearis Ueda yang dikenal sebagai Iwanori dan Porphyra yezoensis Ueda.

Walaupun warna tidak dapat dijadikan pegangan kualitas, lembaran nori berkualitas tinggi umumnya berwarna hitam kehijauan, sedangkan nori berkualitas lebih rendah berwarna hijau hingga hijau muda.

Jepang, RRC, dan Korea merupakan produsen nori terbesar di dunia. Di RRC, nori disebut sebagai hǎitái (海苔), dan di Korea disebut gim (김).
Korea terkenal dengan nori berbumbu minyak wijen, cabai, dan butiran garam yang agak kasar sehingga berbau khas dan terasa agak pedas.

Jadi Nori itu bukan kertas yah, hehehe...

Sumber Pendukung:

http://berita.grosirkeripik.com

http://id.wikipedia.org

Selasa, 05 November 2013

Sekilas Tentang Takoyaki




Takoyaki (たこ焼き) nama makanan asal daerah Kansai di Jepang, berbentuk bola-bola kecil dengan diameter 3-5 cm yang dibuat dari adonan tepung terigu diisi potongan gurita di dalamnya.

Takoyaki biasanya dijual sebagai jajanan di pinggir jalan untuk dinikmati sebagai cemilan. Takoyaki biasa dijual dalam bentuk set dengan 1 set berisi 5, 6, 8 hingga 10 buah takoyaki yang disajikan di atas lembaran plastik berbentuk perahu atau dimasukkan ke dalam kemasan plastik transparan untuk dibawa pulang. Sewaktu ada matsuri sering dijumpai kios penjual takoyaki sebesar bola tenis (jambotako) yang menjual takoyaki secara satuan.
Takoyaki dimakan dengan menggunakan tusuk gigi, tapi di Tokyo dimakan dengan menggunakan sumpit sekali pakai. Penjual takoyaki selalu memberikan 2 batang tusuk gigi untuk satu orang, karena takoyaki yang ditusuk dengan sebatang tusuk gigi bisa berputar-putar sewaktu diangkat dan jatuh sebelum masuk ke mulut. 
Takoyaki sangat tenar di Jepang, khususnya Kansai, Tokyo dan Osaka. Snack mungil ini paling nikmat bil disantap dalam keadaan panas sebagai camilan, dan saat ini di Jepang takoyaki sudah dapat dibeli dalam kondisi beku (frozen), sehingga pembeli tinggal memanaskan dalam microwafe.

Awalnya, Takoyaki atau Octopus Balls hanyalah snack bulat berdiameter 3-5 cm yang diisi dengan potongan gurita di dalamnya, disajikan dengan saus. Takoyaki ini dijual menggunakan tusukan bambu berisi 3 bulatan per tusuknya, saat membeli kita bisa melihat aksi penjualnya yang asik mombolak-balik takoyaki di atas wajan hingga berbentuk bulat dan matang.
Dalam penyajiannya, Takoyaki selalu dijual dalam bentuk porsian. 1 porsi biasanya berisi 3-10 buah dalam 1 wadah, yang selalu disertakan tusuk gigi atau sumpit sekali pakai. Di negeri asalnya takoyaki biasa dijual dalam wadah berbentuk perahu.
Wajan (Loyang) Takoyaki
Setiap rumah di Osaka biasanya memiliki wajan/loyang takoyaki. Takoyaki digunakan sebagai makanan kebanggaan, yang sering dijadikan lauk untuk makan nasi putih. Bahan-bahan untuk membuat takoyaki tersedia secara lengkap di toko.
Wajan Takoyaki merupakan salah satu perabot rumah tangga yang seharusnya dihadiahkan orangtua kepada anak perempuan yang menjadi pengantin.
Saus yang dipakai biasanya adalah saus okonomiyaki walaupun ada juga saus khusus untuk takoyaki yang rasanya tidak jauh berbeda dengan saus okonomiyaki.
Takoyaki dengan isi yang disukai penduduk setempat (kadang-kadang tanpa gurita) berusaha diperkenalkan di negara-negara yang penduduknya merasa ngeri memakan gurita.
Saat ini, kita dapat menjumpai takoyaki dijual dengan pilihan isi dan disajikan dalam wadah cup kertas, kantung kertas maupun box mungil.
 
Di zaman Taisho sudah dijumpai kios pasar kaget yang menjual Choboyaki berupa goreng tepung terigu dengan isi konnyaku yang merupakan cikal bakal takoyaki. Choboyaki berkembang menjadi Rajioyaki yang berisi urat sapi dan bagian daging murah yang lain. Penganan disebut "rajioyaki" karena bentuknya yang bulat-bulat seperti tombol radio transistor pada waktu itu.
Pada tahun 1933, kios takoyaki bernama Aizuya menjual Nikuyaki yang merupakan variasi rajioyaki yang diisi dengan daging sapi. Pada tahun 1935, kios Aizuya yang mengambil ide dari Akashiyaki mulai mengisikan gurita dan telur ke dalam rajioyaki dan menyebutnya sebagai takoyaki.
Di sekitar tahun 1965-an, kios pasar kaget yang menjual takoyaki mulai bermunculan di daerah Kanto. Di pertengahan dekade 1990-an, Tokyo mengalami demam takoyaki yang dimulai oleh kios takoyaki bernama Kyōtako di daerah Shibuya. Di daerah Kyushu, perusahaan bernama Hatchandō menjual takoyaki secara keliling tapi sekarang berubah menjadi perusahaan penjual takoyaki sebagai makanan beku.

Nah itulah Sekilas tentang Takoyaki, semoga bermanfaat yah...


Sumber Pendukung:
http://id.wikipedia.org
http://www.tristarculinaryinstitute.com